Nama : Akmal Ya’qub Assaidi
NIM : 3130031
Identitas buku:
Judul : Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer
Nama Pengarang : Jujun
S. Suriasumantri
Penerbit :
Pustaka Sinar Harapan
Kota Terbit : Jakarta
ISBN : 978-979-416-899-8
Harga Buku : -
Tebal Buku : 384 Halaman
A.
BIOGRAFI PENULIS JUJUN
SUPARJAN SURIASUMANTRI
Lahir di
Tasikmalaya tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan SD V, SMP III dan
SMA II yang semuanya berada di Bandung, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian
Bogor (IPB), dan lulus dalam tahun 1969. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam
berbagai kegiatan nonkeilmuan seperti ketua teater, sutrdara drama, ketua
MAPRAM IPB, dirigen orkes angklung IPB dan aksi-aksi mahasiswa. Pada tahun 1971
melanjutkan studi ke Harvard University dengan beasiswa Unesco dan lulus
sebagai doctor dalam Perencanaan Pendidikan dengan spesialisasi system analisis
dan PPBS dalam tahun 1975.
Pengalaman
dalam pekerjaan antara lain sebagai teaching assistant (1972) dan research
assistant (1973) di Harvard University, dosen tataniaga (1969-1971) dan
manajemen (1975-1980) di IPB, staf ahli pada Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) Departemen P dan K (1975-1980) dan pernah
menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Panitia Penyusunan Rencana Strategi
(1976) dan Repelita – II (1976-1978) Depdikbud, anggota Kelompok Kerja bidang
Kebudayaan Mendikbud (1984), anggota kelompok kerja Pengumpulan Materi GBHN
1988, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (1985) serta dosen Metodologi
Penelitian di Sekolah (sejak 1981) dan Lemhannas (sejak . 1982). Sekarang
menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik dan Ketua Program dokto
Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Buku yang telah
diterbitkan adalah ilmu System Thinking (Bandung: Binacipta, 1981) dan A Lesson
from Experience (Bandung : Binacipta, 1984). Keanggotaan professional teramsuk
Operations research Society of America (ORSA), Phideta Kappa, International
Society of Educational Planner, the institute of management Science dan
Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu social. Menikah dengan Nina
Dachliana dan berputra Donni Iqbal Suriasumatri.
B.
ISI BUKU
1. Ilmu
dan filsafat
Berdasarkan pengetahuannya
manusia bisa dibagi menjadi empat kriteria, yaitu:
a.
Ada orang yang tahu
ditahuinya
b.
Ada orang yang tahu
tidak ditidaktahuannya
c.
Ada orang yang tidak
tahu ditahunya
d.
Ada orang yang tidak
tahu ditidaktahuannya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa
keragu-raguan, dan filsafat dimulai dari kedua-duanya. Sehingga jika kita ingin
mengerti kan pengetahuan harus mengetahui apa yang kita tahu dan ketahuilah apa
yang kita tidak tahu. Rumit memang jika membicarakan pengetahuan, ilmu, dan
filsafat namun ketiganya itu ada di dalam hidup kita dan kita pasti akan
bertemu dengan ketiganya. jadi janganlah menganggap sulit sesuatu sebelum kita
berusaha untuk mencobanya.
Filsafat mempunyai beberapa karakter, yang pertama adalah menyeluruh.
Maksud dari menyeluruh adalah tidak akan cepat puas dengan apa yang
dimilikinya, karena masih ada banyak lagi sesuatu yang belum diketahui. Dan
jika sudah mempunyai spesialisasi ilmu maka jangan remehkan ilmu yang lain,
tetapi coba kaitkanlah ilmu-ilmu yang lain dengan ilmu yang dimiliki. Kemudian
karakter yang kedua adalah mendasar, maksudnya yaitu jangan cepat percaya bahwa
sesuatu yang kita miliki adalah paling benar sehingga tidak ada kesombongan
diantara kita ini. Yang terakhir karakternya adalah spekulatif, arti dari
spekulatif ini adalah segala sesuatu yang kita anggap benar atau salah itu
hanya pendapat dari kita sendiri. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai
batas dalam pemikirannya.
Filsafat mempunyai berbagai cabang dalam bentuk kajiannya, cabang-cabang
tersebut antara lain:
a. Epistimologi (Filsafat Pengetahuan)
b. Etika (Filsafat Moral)
c. Estetika (Filsafat Seni)
d. Metafisika
e. Politik (Filsafat Pemerintahan)
f. Filsafat Agama
g. Filsafat Ilmu
h. Filsafat Pendidikan
i.
Filsafat Hukum
j.
Filsafat Sejarah
k. Filsafat Matematika.
Untuk filsafat ilmu sendiri, ia adalah bagian dari epistimologi yang secara
spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmu). Dan secara garis besar
filsafat ilmu ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu
sosial. Hal ini hanya untuk pembatasan masing-masing bidang yang dikajinya
bukan bermaksud untuk membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
2.
Dasar-Dasar Pengetahuan
a. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, bertindak, merasa, dan bersikap. Manusia
memiliki kemampuan untuk menalarkan sesuatu yang diperolehnya melalui proses
pengamatan, persepsi, dan jadilah suatu pengetahuan. Pengetahuan ini kembangkan
oleh manusia disebabkan dari dua hal utama yakni, pertama manusia mempunyai
bahasa yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan manusia yang lainya, sehingga
dapat pula bertukar pengetahuan yang dimiliki guna mengembangkan pengetahuan.
Yang kedua yaitu manusia memiliki mampu mengembangkan pengetahuannya dari
proses berpikir. Hal ini yang dapat membedakan manusia dengan binatang,
meskipun binatang juga mempunyai suatu bahasa terseniri dalam spesiesnya namun
dalam kondisi tertentu binatang tidak dapat menyimbolkan bahasa yang dimiliki
karena binatang juga tidak dapat berpikir seperti selayaknya manusia.
b. Logika
Suatu pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara tertentu. Suatu pemikiran kesimpulan baru dianggap salih (valid) kalau
proses pemikiran kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan ini desebut logika, di mana logika secara luas
didefinisikan sebagai “pengajian berpikir secara sahih (valid)”.
c. Sumber pengetahuan
Dalam memperoleh pengetahuan setidknya ada dua
cara untuk mempeoleh pengetahuan yang bebar. Yang pertama yaitu mendasarkan
pada rasio dan yang kedua yaitu mendasarkan pada pengalaman.
Dalam kaim rasionalis mempergunakan metode
deduktifdan menyusun pengetahuannyapresis yang dipakai dalam penalaranya yaitu
memperoleh ide yang anggapannya jelas dan dapat diterima. Dalam masalah utama
yang terdapat dalam berpikir rasionalis yaitu terkadag menimbulkan perbedaan
pendapat, karena di dalam diri manusia memiliki karakter dan pandangan yang
terkadang berbeda dalam memandang suatu obyek yang sama.
Namun dalam kaum empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional abstrak namun
lewat pengaaman yang kongkrit. Namun di dalam berpikir empiris ini yang menjadi
masalah utama ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk
menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat
konsisten dan mungkin saja akan terdapat hal-hal yang kontradiktif.
3. Ontologi: Hakikat Apa Yang Dikaji
Metafisika merupakan tempat
berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Sehingga
diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke ruang angkasa dan metafisika
adalah landasan peluncurannya. Terdapat beberapa tafsiran mengenai metafisika,
tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah terdapat
wujud-wujud yang bersifat gaib (superanatural) dan wujud ini lebih kuasa
dibandingkan alam yang nyata. Sebagai lawan dari supernaturalisme ini adalah
paham naturalisme. Materialisme yang merupakan bagian dari naturalisme
menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan
bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang ada dalam alam itu sendiri, yang
dapat dipelajari dan akhirnya juga dapat diketahui.
Terdapat pula paham yang
saling bertentangan yaitu paham mekanistik dengan paham vitalistik. Paham
mekanistik berpandangan bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya
merupakan gejala kimia-fisika saja. Sedangkan paham vitalistik menganggap bahwa
hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda substansif dengan proses
kimia-fisika. Selain itu masih ada lagi pertentangan pemahaman mengenai pikiran
dan zat, paham pertama adalah paham monistik yang beranggapan bahwa antara zat
dan pikiran hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses berlainan namun
masih mempunyai substansi yang sama. Kemudian paham kedua adalah paham
dualistik yang memandan antara zat dan pikiran (kesadaran) berbeda sui generis secara substansif.
a. Batas-batas
Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas
pengalaman manusia. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang terjadi sebelum hidup
kita, maupun hal-hal yang terjadi sesudah kematian kita, kesemuanya merupakan
di luar penjelajahan dari ilmu. Fungsi dari ilmu sendiri dalam kehidupan
manusia yakni sebagai alat bantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas
pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun
sesuatu harus teruji kebenarannya secara empiris. Dalam batas manusia ilmu ini hanya berwenang
dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itu pahamilah
salah satu dari cabang-cabang ilmu supaya profesional dan mencoba untuk
menginterdisiplinkan ilmu-ilmu lain agar lebih paham tentang dimana disiplin
seseorang berhenti dan dimana disiplin seseorang dimulai.
Terdapat sekitar 650 cabang keilmuan di masa sekarang dan pada dasarnya
cabang keilmuan tersebut berkembang dari cabang utama yaitu filsafat alam yang
kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the
natural science ) serta filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam
cabang ilmu sosial (the social science).
Dari cabang ilmu sosial ini terdapat cabang lagi yaitu antropologi (mempelajari
manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses
mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi
kehidupannya), soiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia), dan
ilmu politik (mempelajari sistem dan proses kehidupan manusia dalam
pemerintahan dan bernegara). Kemudian contohnya dari cabang ilmu antropologi
bisa terbagi menjadi lima yakni arkeologi, antropologi fisik, linguistik,
etnologi, dan antropologi sosial.
4. EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya
seperti seni dan agama. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu
disusun. Dan Agar pengetahuan tersebut
bisa menjadi sebuah ilmu maka harus dilakukan dulu yang namanya metode ilmiah.
Seni, pada sisi lain dari
pengetahuan tidak sekedar mengabstraksikan dunia empiris melainkan juga mencoba
untuk mengungkapkan suatu obyek penelaahan menjadi bermakna bagi mereka yang
menciptkan dan yang meresapinya melalui panca indra maupun perasaan. Dan sebuah karya seni yang baik biasanya
mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada manusia untuk bisa mempengaruhi
sikap dan perilaku mereka. Pada perkembangannya, seni terbagi menjadi dua macam
yaitu seni halus dan seni terapan.
5.
Saran Berfikir Ilmiah
a. Sarana berfikir
ilmiah
Manusia dalam mengembangkan pengetahuannya perlu
juga sebuah alat-alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan
sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut menmungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah
ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa
menguasai sarana ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah-langkah yang
ditempuh perlulah juga dilakukan dengan sarana-sarana yang tertentu pula. Oleh
sebab itu sebelum kita mempelajari-sarana-sarana berpikir ilmiah alngkah
baiknya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut,
sarana ilmiah juaga memiliki fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah.
Dalam mempelajari
sarana berpikir ilmiah seolah-olah kita mempelajari berbagai cabang ilmu yang
ada, Adapaun hal ini ada dua yang harus diperhatikan. Pertama, sarana ilmiah merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan bersasarkan metode ilmiah. Seperti yang diketahui
karakteristik dari ilmu pada umumnya dalam penggunaan berpikir induktif dan
deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Dan yang kedua, tujuan mempelajari saerana
ilmiah adalah untuk menelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari
ilmu dimaksudkan agar kita mendapatkan pegetahuan yang memungkinkan kita dapat
menyelesaikan masalah-masalah kita sehari-hari. Sebab fungsi sarana ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Adapaun sarana dalam berpikir ilmiah dengan baik
yaitu melalui bahasa, matematika, dan statistika. Ditinjau dari dari pola
berpikirnya maka ilmu merupaka gabungan antara berpikir induktif dan deduktif.
Seperti halnya bahasa sangat diperlukan sekali dalam berkembangnya suatu ilmu
pengetahuan, sedangkan matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir
deduktif. Dan statistikan juga mempunyai peranan sangat penting pula dalam
berpikir induktif.
b. Bahasa
Bahasa merupakan ciri
khas yang dimiliki oleh manusia, dengan berbahasa manusia dapat mengembangkan
pengetahuannya dan menyalurkan pengetahuannya kepada manisia yang laian
sehingga terjadi suatu interaksi yang mendorong pengetahuan atau kebudayaan
manusia dapat berkembang. Sedangkan binatang tidak dapat berbahasa, oleh karen
itu mengapa binatang dari dulu sampai sekarang tidak dapat mengembankan
kemampuannya dan juga pada dasrnya binatang juga tidak dapat berpikir
selayaknya seperti manusia. Tanpa bahasa niscaya manusia dapat mengembangkan nilai-nilai kebudayaanya
dan pengetahuannya kepada generasi berikutnya.
Dengan behasa memungkinkan menusia berikir secara abstrak di mana
obyek-obyek yang faktual ditrasformasikan menjadi simbol-simbol bahasa bersifat
abstrak, serta memungkinkan pula menusia untuk memikirkan sesuatu secara
berlanjut.
Bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi
ini membentuk suatu arti tertentu. Sepeeti halnya perkataan gunung dan burung
merpati, dari kata tersebut menunjukan bahwa manusia dapat memberikan lambang
untuk menamai dari dua obyek tersebut, kiranya patut disadari bahwa manusia
memberikan lambang dari kedua obyek tadi secara begitu saja, di mana setiap
daerah, bangsa memeberikan bahasanya yang berbeda pula. Seperti dalam bahasa
inggris gunung diartikan sebagai mountain,
dan gunung dalam bahasa arab diartikan jaba.
Bahasa juga dapat kita cirikan sebagai
serangkaian bunyi untuk berkomunikasi. Selain bunyi manusia juga dapat
mengunakan alat-alat untuk berkomunikasi, seperti yang terdapar pada orang
bisu, ia berkomunikasi mengunakan gerakan-gerakan atau simbol-simbol yang dapat
menyampaikan komunikasinya. Bahasa memiliki dua aspek informative dan emotif.
Yang artinya kalau kita berbicara maka hakikatnya informasi yang kita sampaikan
mengandung unsur-unsur emotif, sedangkan jika kita menyampaikan perasaan maka
ekspresi itnu mengandung unsur-unsur informative. Dan bahasa mengkomunikasikan
tiga hal, yaitu buah pikiran, perasaan, dan sikap.
c. Matematika
Matematika sebagai bahasa. Matematika adalah
bahasay yang melmbangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambing-lambang metematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna yang diberikan
kepadanya. Misalkan lambing x apabila kita tidak memberikan arti maka lambing x
tidak mempunyai makna, sedagkan apabila lambing x sudah diberikan suatu arti.
Umpamannya bila kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak, maka
yang menjadi obyek yaitu “kecepatan jalan kaki seorang anak” bisa kita
lambangkan dengan x. jadi dalam hal ini x memiliki satu arti yakni “kecepatan
jalan kaki seorang anak”. Apabila kita hubungkan dengan lambing yang lainnya
seperti z, dan y maka suatu bahasa matematika akan mempunyai makna yang lebih
kogkrit. Secara ini maka pertanyaan matematika mempunyai sifat yang jelas,
spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat
emosional.
Matematika sebagai sebagai sarana berfikir
deduktif, berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenaranya telah ditentukan. Seperti
halnya sudut ABC apabila dengan ukuran tertentu maka kita hitung dengan
mengukur dari sudut A Ke B, B ke C, dan C ke A. maka kita akan ketahui hasil
perhitungan yang telah kita perhitungkan, maka dari hasil perhitungan tadi akan
menghasilkan sebuah kesimpulan yang yang jelas, spesifik dan informatif.
Pernyataan di atas secara deduktif matematika dapat digunakan sebagai menjawab
pertanyaan-pertanyaan deduktif dalam ilmiah. Meskipun tak terdapat kejutan
dalam logika, tetapi sarana berfikir deduktif dari matematika ini sungguh
sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenagkan. Bagi dunia
keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Dengan membuktikan kebenaran
matematika tidak ditentukan oleh pembuktian empiris, melainkan kepada proses
penalaran deduktif.
d. Statistika
Statistika dan berpikir induktif, yaitu suatu
pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua penyataan ilmiah adalah
bersifat faktual. Suatu pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan. Statistika memberikan jawaban akan
fakta-fakta yang terdapat pada realitas kehidupan berasarkan data-data yang
telah dikelola untuk dijadikan sebuah kesimpulan. Adapun penarikan kesimpulan
deduktif dengan induktif hampir memiliki kesamaan, tetapi ada yang membedakan
bahwa kesimpulan berdasarkan cara menarik kesimpulan deduktif yang terdapat
pada matematika adalah benar dan penarikan kesimpulan adalah sah. Sedangkan
dalam penalaran induktif yang terdapat
dalam statistika adalah dalam penarikan kesimpulannya adalah sah maka
kesimpulan itu belum tentu benar. Statistika merupakan pengetahuan yang
memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.
Satatistika juga memberikan kemudahan dalam
memperoleh sebuah kesimpulan dengan cara memnguji sebuah populasi dengan
pengambilan sampel. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita
untik menarik kesimpulan secara induktif berdasarka peluang tersebut. Dasar
dari teori statistika adalah teori peluang.
C.
KELEBIHAN:
1. Buku
ini tidak hanya memberikan penjelasan secara teoritis saja namun
disertai pula dengan perumpamaan yang memudahkan pembaca
memahami isi dari buku ini.
2. Buku
ini juga tidak hanya berupa tulisan-tulisan yang berjejer rapi akan
tetapi terdapat gambar-gambar
animasi yang membuat pembaca tidak merasa
bosan saat membaca.
3.
Pada
akhir bab dalam buku ini, penulis juga memasukan panduan atau tatacara
penilitian dan penulisan ilmiah yang sangat bermanfaat
bagi pembaca.
4.
Buku
sudah ber ISBN
5.
Jenis
kertas yang digunakan pun kertas HVS sehingga lebih jelas untuk dibaca
D.
KEKURANGAN:
1.
Banyaknya
menggunakan kata-kata yang asing yang menjadi kendala pemahaman bagi pembaca
untuk lebih memahami isinya,
2.
Tidak
ada pengertian khusus terhadap kata-kata asing, sehingga bagi pembaca yang kurang
memahami tentang filsafat akan lebih kesulitan untuk memahami isi dari buku
ini.
3.
Tidak
adanya harga buku,
Ulasan: buku filsafat ilmu ini diperkenankan
untuk dibaca oleh kalangan orang dewasa dan bukan untuk anak-anak karena isinya
itu tidak memungkinkan dapat dipahami oleh anak-anak.